Bakalan murai batu merupakan paraban bagi mereka burung-burung murai muda yang berada pada tahap ngeriwik alias masih belum rajin berkicau. Pada umumnya jenis bakalan itu termasuk burung burung murai muda hasil tangkapan hutan atau biasa disebut murai batu muda hutan (MH). Harga bakalan murai batu muda hutan biasanya lebih murah daripada burung murai yang sudah jadi.
Proses pemilihan bakalan murai batu muda hutan haruslah jeli, karena tak sedikit burung murai tersebut ditangkap dengan menggunakan pancingan racun yang didalamnya mengandung bius memabukan. Alangkah baiknya bila langsung menanyakan kepada si penjual berkaitan dengan asal mula dan bagaimana cara menangkapnya. Selebihnya, perhatikan juga jenis kelamin burung tersebut, harap dipastikan berkelamin jantan.
Secara fisik, burung jantan adalah bertubuh besar dan lebar, memiliki ekor yang panjang dan longgar, kaki bersisik kasar dan panjang, berparuh tebal dan kuat. Bulu burung dominan putih disekitar punggung, dan bulu ekor yang lebih berkilau dan lembut. Sedangkan betina memiliki ciri yang bertolak belakang, yaitu diantaranya kepala yang kecil dan bulat, ekornya yang pendek, paruh tipis melengkung serta bentuk tubuh yang relative kecil.

Membedakan anakan murai jantan dan betina
Untuk anakan, dalam menentukan jenis kelamin akan lebih sulit. Ini dampak dari bulu-bulu anakan yang masih belum tumbuh secara sempurna. Butuh sedikit kejelian, terutama pada bagian sayap dan bagian tengah dada yang memiliki bintik-bintik merah. Apabila tanda-tanda tersebut terlihat, maka indukan tersebut adalah jantan. Namun bila bagian tengah dadanya berwarna keputihan, bercampur cokelat tipis memanjang ke bawah, ini merupakan pertanda anakan murai betina.
Pada dasarnya jenis kelamin anakan murai batu dapat diamati dari postur tubuhnya. Apabila tubuhnya besar dan lebih panjang, otomatis anakan tersebut berkelamin jantan. Namun sebaliknya, apabila tubuhnya terlihat lebih kecil dan pendek, maka termasuk anakan murai betina..
Selanjutnya, melakukan pengamatan terhadap kondisi burung. Burung murai batu muda hutan yang sehat dapat dilihat dari polah tingkahnya yang lincah, tatapan tajam, tidak memiliki cacat pada sebagian besar anggota tubuh. Ciri khas murai batu adalah mengeluarkan suara apabila didekati atau merasa takut dan curiga dengan situasi sekelilingnya. Sama halnya dengan tingkah laku burung jalak suren yang apabila didekati atau terlihat gerak-gerik manusia pasti akan berbunyi. Lalu, apabila suara tersebut terdengar ngeroll dan ngeplong, bisa dipastikan burung tersebut berkelamin jantan.

Merawat bakalan murai batu
Apabila bakalan murai batu merupakan hasil pikatan jaring dan pulut. Anda kudu langsung merawatnya. Biasanya bakalan murai batu muda hutan belum bisa mengenal makanan buatan manusia atau biasa disebut voer. Oleh karena itu, burung perlu dilatih makan voer supaya meminimalisir kesalahan dikemudian hari, termasuk ketika suplemen tambahan di pasaran sedang kosong.
Dalam perawatannya, burung ini membutuhkan makanan tambahan berupa jangkrik, kroto, dan ikan kecil dengan rentang waktu tiap hari. Untuk bakalan murai batu muda hutan, menu tambahan biasa dimakan saat berada di hutan. Namun asupan suplemen tak pernah diperolehnya dalam sangkar / kandang.
Aktivitas lain yang tak pernah dialami bakalan murai batu muda hutan adalah pengerodongan. Pengerodongan sangkar diperlukan agar bakalan murai batu tidak grogi atau kaget dengan situasi dan kondisi lingkungan yang baru, sehingga terbebas dari stres. Alangkah baiknya bila burung tetap dikerodong setiap hari agar lebih kalem dulu dan mulai bisa beradaptasi. Apabila sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya, berarti burung sudah melewati masa kritis. Selanjutnya burung murai batu ini sudah bisa dikatakan jadi apabila sudah mau makan dan ngeriwik alus.
Semoga bermanfaat.