Burung gereja adalah jenis burung dari family passeridae yang bisa menyesuaikan diri di manapun lingkungan tempat tinggalnya. Burung ini tersohor bukan karena burung ini sanggup terbang tinggi dengan lincah seperti merpati dan bukan karena suaranya yang merdu seperti burung murai batu, melainkan karena dianggap sebagai burung parasit yang suka mematuk biji padi serta menimbulkan kicauan yang bising di atap rumah. Padahal, jika dilatih, burung ini mampu menandingi burung kenari dengan suaranya yang nyaring. Nama “burung gereja” bermula sejak dahulu kala. Di Benua Amerika, burung ini biasa tinggal di atap bangunan dan gereja.

Habitat Burung Gereja
Burung ini tidak hanya terdapat di atap gereja, tetapi juga di atap-atap bangunan dan di pepohonan yang rindang. Burung ini dapat hidup di mana saja dan banyak terbang bebas di alam terbuka. Jika di perkotaan, ia dengan bebas bertengger di tepi jalan, di pepohonan taman kota, di atap bangunan tinggi, tidur di cabang pohon dan mencari makan di rerumputan. Bahkan, burung ini sering diperlakukan sebagai ‘hama’ yang harus dibasmi karena dinilai dapat merusak atap bangunan.
Sedangkan di pedesaan, burung mungil ini hidup di perkebunan, terbang melintas di persawahan dan semua tempat yang nyaman baginya. Di Indonesia, nama burung ini dipakai sebagai judul lagu yang dinyanyikan oleh Nugie. Burung bersuara lantang ini biasa hidup secara berkelompok. Varian yang bertengger di atap bangunan dan rumah penduduk adalah varian gereja sejati (P. Domesticus). Sedangkan varian coklat kemerahan (P. Eminibey) biasanya hidup dengan menempati sarang burung manyar dan burung lain. Varian gereja pohon (Passer Montanus) biasanya bersarang dalam liang.

Morfologi Burung Gereja
Burung gereja memiliki ciri-ciri tubuh yang mudah dikenali. Di antaranya sebagai berikut:
- Memiliki warna kecokelatan di bagian atas kepalanya
- Ukuran tubuhnya mini, sekitar 10-13 centimeter
- Suaranya monoton. Namun, saat memperebutkan burung betina, si jantan akan mengeluarkan kicauan yang ramai dan melengking untuk menarik perhatian
- Burung betina dan jantan memiliki bentuk yang nyaris sama. Sedangkan anaknya memiliki warna kecoklatan di bagian dada dan perut dengan warna yang lebih pucat dibandingkan induknya.
- Tubuh burung jantan lebih besar daripada burung gereja betina. Warna yang jantan juga lebih tua.
- Bola mata berwarna kecoklatan dengan paruh berwarna keabuan.
- Kaki berwarna coklat.
- Terdapat warna hitam dan putih di bagian pipi.
- Burung dewasa memiliki warna kuning tua dan beberapa di antaranya putih keabuan di bagian bawah sampai ekor.
- Hidup berkoloni saat mencari makan atau saat beristirahat.
Berbeda dengan burung merpati yang ‘setia’ pada satu pasangan, tidak demikian dengan burung ini. Dalam satu sarang, biasanya terdapat satu burung betina dan lebih dari satu burung jantan. Burung betina biasa dikawini oleh beberapa burung jantan.
Kiat Tepat Merawat Burung Gereja
Jarang ada orang yang ingin memelihara burung ini. bahkan banyak yang menganggapnya tidak bermanfaat. Namun, beberapa penggemar burung masih memelihara burung ini untuk kesenangan. Terkadang burung ini dijadikan salah satu burung pemaster yang memiliki gaya suara bertarung khas. Meskipun sulit dijinakkan, burung ini bisa dirawat dengan baik dan menghasilkan kicauan yang unik dan berbeda. Semua tergantung pemiliknya. Berikut adalah tips merawatnya:
- Beri makan dengan bubur sekitar 2 jam sekali
- Jangan disandingkan dengan burung liar, agar peliharaan bisa jinak dan bergantung pada sang pemiliknya.
- Diberi kroto seminggu dua kali
- Dimandikan seminggu 2-3 kali agar bersih, tidak berbau dan tetap sehat.
Burung jantan biasanya bersuara lebih gaduh dibandingkan burung gereja betina. Oleh karena itu, yang dipelihara biasanya adalah burung jantan agar lebih mudah menarik burung betina.